Hai sobat forza yang keren-keren. Kali ini kami akan banyak cerita tentang Dewan Ambalan Diponegoro-Dewi Sartika yang bermental baja walau masih remaja. Oke, ada beberapa rangkaian cerita haru biru, hingga mengesankan. Ini semua kami rangkum dalam postingan berjudul "Mental Sparta". Selamat membaca :)
Kami Praja Muda Karana, kami Pandu Dunia. Kami telah diambil sumpah di setiap malam tanggal 13 Agustus sebelum Hari Pramuka. Kami mengabdi seperti janji kami; Tri Satya, dan Dasa Dharma. Kami memikul kuat beban bukan sebagai cobaan, kami berdiri tegak sebagai tanda kehormatan, kami menatap langit untuk segala rasa syukur dari nikmat Tuhan, kami menunduk untuk segala kekurangan dan kekhilafan kami di dunia. Kami bukan sekedar sekumpulan makhluk yang "selo". Kami meluangkan waktu demi sebersit kenangan yang akan selalu dikenang. Menjadi individu yang produktif dan aktif.
Ini sedikit cerita kami yang tak akan pernah terlupakan. Kami, semangat mental sparta.
Demi sebuah impian, kami yakin saat usaha yang tak kenal lelah akan menghasilkan cerita bahagia. Karena Tuhan juga tak pernah mengkhanati do'a makhlukNya, sekalipun makhluk yang paling hina. Kami berusaha, berdo'a, belajar untuk berkembang. Mandiri, bertekad atas diri sendiri. Mencoba hidup di antara bentangan pisau yang siap mematikan. Ini kami, perjuangan indah menuju keberhasilan. Sekalipun terpeleset, kami bangga karena kami tidak sendiri. Masih ada tangan yang menegakkan tubuh yang hampir tersungkur. Terima kasih padamu keluarga.
Kami berdiri tegak bukan menantang Tuhan di langit. Kami berdiri tinggi bukan menyombongkan diri. Kami berdiri di atas bukan karena ada yang di bawah untuk dilecehkan. Kami berdiri untuk memperlihatkan, usaha yang telah kami perbuat demi segala rasa puas dan bangga. Kami berdiri di atas untuk melihat seluruh dunia, memandang ribuan ciptaan Tuhan. Maukah kau, kau, kau, dan kau semua berdiri berdampingan bersamaku?
Kami berbuat untuk sesuatu yang mengandung makrifat. Kami lahir untuk bermanfaat. Kami memiliki takdir untuk tahu, berlimu, berbudi. Karena kami selalu belajar. Di mana Tuhan selalu memberi keindahan setelah jerih payah yang melelahkan.
Bukankah kami serumpun? Seperti rumput yang menutupi lapangan. Memberi warna hijau nan asri. Kami bukan hadir sebagai penggembira. Kami ada untuk jaya, dan bahagia.
Kami tersenyum hanya dalam situasi buruk, selebihnya kami tertawa keras. Kami bukan makhluk yang menjaga diri dengan pencitraan. Kami berlaku sesuai adat dan norma. Namun, kami mencintai diri dengan hati yang murni.
Ini semua bukan sampah yang berserakan. Ini juga bukan hadiah yang semata-mata jatuh dari langit, tapi ini semua adalah hasil cipta kami. Kami kerjakan dengan ikhlas, dengan tekad yang bulat. Kami akhiri juga dengan do'a dan rasa syukur.
Kami telah berjanji untuk menjadi pandu yang setia. Yang mengabdi karena kewajiban, bukan cobaan. Kami halau semua rintangan, kami tebas semua halangan. Karena kami, selalu siap. Walaupun di saat-saat terburuk.
Ribuan pasang mata akan melihat kami. Tak hanya orang tua, sanak saudara, tapi seluruh dunia. Kami ikrarkan dan ucapkan. Ini adalah awal, bukan akhir.
Lihat kami saat kami sukses nanti. Lihat kami saat dunia akan terguncang karena sepuluh pemuda dari kami. Terguncang karena prestasi, kekuatan, hingga perbuatan mulia dari kami. Karena kami akan menguasai alam semesta raya hanya dengan senyum ikhlas kami.
Kami berusaha untuk mengembangkan diri dalam berbagai kemampuan. Kami yakin, kami tetap bisa menjaga diri pada barisan yang terdepan. Kami akan melampaui batas, tapi kami tetap memiliki keterbatasan. Kami, memiliki wadah baru dalam berkarya, berkontribusi, dan belajar. Di sini, kami bersama-sama mencetak ulang jejak kami. Di sini, semua orang bisa melihat jerih payah kami.
Kami tidak akan menutup tali silaturrahmi dengan siapapun. Sekalipun beliau lebih tua dari kami. Kami belajar dengan siapapun yang berilmu. Tak ada ilmu yang terbuang sia-sia, karena kami percaya ilmu yang kami dapat ialah anugrah dari Tuhan.
Kami siap! Dalam keadaan apapun kami siap. sekalipun dunia telah terguncang karena badai, kami akan berdiri untuk bertahan. Kami akan menunduk untuk berdo'a, kami akan duduk untuk menyamakan diri dengan mereka yang jatuh. Kami telah siap, dalam keadaan apapun. Dan kalian yang mencoba merobohkan kami, cobalah! Dan lihat! Bahkan hati kamipun tak pernah merasa getir.
Lihat! Kami justru tertawa lebih keras.
Kami melarung semua kekecewaan kemarin. Kami bertekad untuk melupakannya mulai dari sekarang. Dan sekarang, kami mulai semuanya dengan niat, dan kebahagiaan yang baru. Karena kami percaya, Tuhan yang akan menggantikannya. Mungkin lebih indah
Kami tidak sedikitpun merasa sedih. Kami tak sedikitpun merasa kami tak pantas. Kamilah yang akan mengguncangkan dunia lebih dahsyat. Karena kami telah terbiasa dengan rencana tak terduga dari Tuhan. Apakah kau masih berani?
Kami membakar semua kekecewaan dan air mata yang sempat terjatuh. Kami usap seluruh peluh. Kami berjanji tak akan pernah mengeluh. Karena di sini, kami berdiri bukan untuk menikmati hidup yang maya, kami berdiri untuk bersiap berlari. Menyongsong masa depan penuh arti.
Canda tawa ini bukan sekedar pelepas kekecewaan, kami tertawa karena masih ada saja cobaan yang berani menantang kami. Sekali lagi, kami bertahan untuk segala keadaan. Kami masih semangat.
Kalian tahu, kami hidup untuk mengetahui masa depan kami. Untuk segala do'a dari orang tua kami. Kami hidup untuk menyelesaikan perkara, kami belajar untuk pintar, kami menerima cobaan untuk ketabahan.
Inilah kami, yang selalu berdiri seperti tunas kelapa. Kelak kami akan berguna, di manapun, kapan pun, dalam keadaan seperti apapun, kami akan menjadi individu yang kuat. Laksana karang yang tetap bergeming dihantam ombak. Kami semangat mental sparta. Jangankan gertakan, pukulan, dan rintangan, terkadang gejolak batin kami hadapi dengan ikhlas.
Tulisan ini menjadi bukti, seluruh dari kami tak akan menyerah dengan kondisi apapun. Kami berlari bukan karena dikejar, tapi kami mengejar. Mengejar mimpi, harapan, rencana yang sempat tertunda. Kami bersandi untuk Ikhlas Bhakti Bina Bangsa, Berbudi Bawa Laksana.
Kami ada untuk membina diri hari ini, kelak membina bangsa. Kami bertaqwa untuk rasa ikhlas dalam setiap bhakti kami. Kami adalah makhluk berprinsip, berbudi, karena kami ingin dihormati. Di sini, di Dewan Ambalan Diponegoro-Dewi Sartika, kami berkumpul, mengabdikan diri, dan membina bangsa dengan kemampuan kami. Inilah alasan kami, untuk terus semangat. Sekalipun keadaan telah menghancurkan semua rencana menjadi remuk redam. Semangat kami bagaikan api, yang terus berdiri. Sekalipun condong karena angin, pasti hanya sesaat.
Inilah kami, remaja bermental baja, mental sparta. Sekalipun tidak berhasil menjadi juara, tapi kami tetap bahagia!